Senin, 22 April 2013

HIDUPKU SEKERAS BATU

Aku memejamkan mata. Sudah hampir lima tahun aku tidak mendengarnya lagi. Suara itu. Suara ketukan, bukan pintu. Suara dimana Ibuku mengajarkan pentingnya bersyukur, kerja keras dan pantang menyerah. Aku menikmati setiap suara ketukannya, seperti alat metronom music yang mempunyai ketukan yang seimbang dan berirama. Yang harus kau lakukan hanya mendengar. Dalam pejamanku, aku tersenyum. Teringat ketika aku sekolah dasar selalu diantar oleh Ibuku ke sekolah menggunakan sepeda tuanya melewati jalan dimana aku berdiri saat ini. Aku duduk dibelakang sambil memeluknya dengan erat. ‘pegangan yang erat kita akan meluncur ke bawah, awas ada lubang, angkat kaki kamu nanti basah’. Itu adalah sepatah dua kata atau lebih yang pernah Ibu bilang kepadaku dengan canda tawa diatas sepeda. Saat memeluknya dari belakang, aku merasakan nafasnya naik turun dengan cepat, dan ketika aku turun dari sepeda untuk membantunya mendorong disaat tanjakan, aku memperhatikan nafas yang keluar dari mulutnya. Aku tidak berani untuk menanyakan ‘ ibu, apakah kau lelah?’ aku tidak berani. Entah kenapa, aku hanya merasa takut putus sekolah dan belum bisa membantunya apa-apa. Apakah diumurku saat itu bisa dibilang aku egois. Tidak mudah, ibuku harus menggerakan roda belakangnya hingga 3 kilometer untuk sampai ke sekolahku. Sampai aku tidak dapat membedakan yang mana keringat dan air mata, semuanya tertutup oleh senyumannya yang sederhana. Sepeda itu, sudah menjadi bangkai. Seperti tikus yang terlindas mobil dan pergi. Ayahku membanting dan memutuskan rantainya, sehingga ibu tidak dapat menggerakan roda belakangnya lagi. Laki-laki itu seperti kesetanan, marah karena kelaparan. Hanya beberapa batang singkong rebus yang kita punya. Adik kecilku yang lebih muda 5 tahun dariku menangis, Ibu pun ikut menangis. Cukup. Aku tidak menangis, aku ingin sekali membunuhnya. Tetapi Ibu selalu memelukku dari belakang dan mengusap-usap dadaku. Setelah itu tikus itupun pergi dan tidak pernah kembali lagi, mungkin tikus itu lebih suka keju dibanding sebatang singkong rebus, atau sekarang ini tikus itu sudah menjadi bangkai. Aku harap begitu. Kenapa kau selalu tersenyum Ibu, apa yang kau rasakan sebenarnya. Kenapa Ibu kuat hidup bersama makhluk pengerat itu. Ayahku memang brengsek. Tanpa sepedaku, sekarang aku harus berjalan kaki ke sekolahku. Sendiri. Kali ini aku mengerti dan dapat membedakan yang mana keringat dan air mata yang keluar dari Ibu. Maka dari itu ku biarkan dia dirumah, hanya sesekali ia mengantarku. Inilah awal suara itu muncul, Ibu yang menemukannya, demi Aku dan Adikku. Kembali ke suara itu, setiap ku melangkah, suara itu semakin terdengar jelas. Seperti ada yang membesarkan volumenya. Sebentar lagi. Tidak sampai 3 kilometer, mungkin setengahnya. Tiba-tiba aku melihat gadis berambut panjang hitam pekat dan mempunyai paras yang cantik dengan sepedanya yang berwarna biru langit berhenti didepanku dengan jarak 100 meter. Aku tahu itu dia. Matanya sepertiku. Aku merinding. Sedikitku meneteskan air mata. Dia sudah remaja. Adikku. Terakhir ku melihatnya pada saat umur 13 tahun dan rambutnya masih sebahu, ketika itu aku ingin meninggalkan desa kecil ini. Sekarang. Senyumku. Pelukan adalah salah satu cara untuk melampiaskannya. “apakah ini sepeda kita?.” Tanyaku. Ia bercerita Ibu selalu menabung uang yang aku kirim setiap bulannya. Sekarang kami punya sepeda baru. Masih muda, dan tidak akan lagi menjadi bangkai. Kali ini aku yang akan menggerakan roda belakangnya menuju sumber suara itu berasal. Keringatpun tetes demi tetes berjatuhan. Hanya senyumannya yang sederhana, itu senjatanya, sekarang aku tahu betapa lelahnya ia. Tidak pernah berhenti, tidak akan, sekarang aku tahu apa yang harus kulakukan. Mari kita jemput ibu. Sampai. Sumber suara itu sekarang berada didepanku. Terdengar sangat jelas ketukan itu. Bahkan aku tidak sanggup lagi mendengar suara itu. Aku melihat beberapa orang menggunakan topi yang berbentuk kerucut yang diameternya agak lebar. Aku tahu itu dia. Mataku sama sepertinya. Aku mengusap sesuatu yang jatuh dari mataku. Adikku memanggilnya. Dari beberapa orang tersebut, salah satu dari mereka berdiri dan melepaskan topi kerucutnya. Kali ini sesuatu yang jatuh dari mataku tidak dapat lagi kubendung untuk kuusap. Ia masih tegak berdiri. Rambut putihnya hampir menutupi semua yang hitam. Lekukan keriput diwajahnya semakin bertambah. Sudah kuduga, ia mengluarkan senjatanya, senyuman sederhanya membuat ku jatuh dipelukannya dan sujudku. Aku menangis, adikku menangis, ibuku tidak menangis, ia hanya beberapa kali mengusap sesuatu yang matuh dimatanya. Lucunya beberapa orang yang disekeliling kami ikut menangis. Sudah cukup ibu, tidak perlu kau berkerja untuk mengeluarkan suara itu lagi. Suara dimana kau mengajarkanku arti bersyukur, kerja keras dan pantang menyerah. Suara dimana selama 5 tahun ini aku bertaruh nasib dan mendapatkan pekerjaan impianku. Suara yang dapat membuatku meneruskan pendidikan hingga aku bisa menjadi seorang Sarjana sekarang. Suara dimana saat ini aku harus menjemputmu ibu, menjemput kalian. Ya. Sudah cukup kau harus memecahkan batu itu, batu itu terlalu keras untuk kau pecahkan, kau sudah tua. Tapi semangatmu mengalahkan itu semua, batu itupun pecah. Semenjak ayahku, maksudku tikus itu meninggalkan kami. Ibu berkerja menjadi pemecah batu. Tidak setimpal uang yang ia dapat. Lihat tanganmu, banyak goresan luka akibat kau terlalu keras memukulnya menggunakan martil. Batu yang dipukul menimbulkan bunyi yang nyaring. Aku tidak sanggup untuk mendengar gesekan antara martil dan batu kali itu. Itu yang membuatku terpukul. Tapi, Rasa syukur membuatnya damai. Ibuku bilang ‘sekeras apapun batu itu, kalau kamu sungguh-sungguh, maka batu itu akan pecah juga, seperti hidup kalau kau sungguh-sungguh kau akan berhasil’. Kau sudah berhasil memecahkannya. Aku juga sudah berhasil memecahkan beberapa batu. Sekarang aku berani bertanya. “ibu apakah kau lelah?” . sekarang kau tidak perlu menimbulkan suara itu lagi. Giliranku. “Selesai”

Senin, 08 April 2013

BLACK WATER

Cerita dan Skenario : Gilang Nugroho Sinopsis Ben Carter bersama pacarnya Julie, pergi ke danau Vilbert pada malam hari untuk menghabiskan malam mingunya. Pikir Ben, dengan suasana yang mendukung, mungkin ini tempat yang bagus untuk berhubungan intim bersama Julie. Sesampainya disana, belum saja melakukan hubungan intim, Ben mendengar suara jeritan dari dalam danau. Penasaran akan hal itu, Ben pun melihat disekitar danau. Dia melihat ada yang aneh dari danau itu, begitu gelap. Disaat Ben ingin mencelupkan tangannya ke danau, tiba-tiba muncul sesosok bayangan dari dalam air. Ben pun terjatuh kedalam danau. Julie langsung menghampiri Ben untuk menolongnnya, tapi Ben sudah hilang didalam danau. Di tepi danau Julie terus mencari Ben dan meminta tolong. Dan Ben pun muncul dari air dengan seluruh tubuhnya berwarna hitam, dengan spontan Julie langsung teriak dan pingsan. Keesokan sorenya Ben kembali ke Danau kecil itu bersama Julie. Julie melihat betapa ramainya danau ini dengan orang-orang yang sedang beraktifitas. Dikarenakan danau yang kecil dan terdapat taman disekelilingnya. Dan danau itu terlihat indah sekali. Ben yang kritis masih heran dengan air danau yang hitam saat kemarin malam, berbeda dengan Julie yang kejadian kemarin merupakan lelucon dan menikmati suasana danau yang indah. Ben berdiri ditepi danau dan terdapat orang asing yang mengalami dan mengetahui hal yang serupa dengan Ben. Pria misterius itu pun menjelaskan asal usul danau ini dan apa saja yang sudah terjadi yang menyebabkan air danau ini berwarna hitam. Sampai akhirnya pun Ben mengetahui apa yang terjadi dibalik misteri danau Vilbert. Karakter Tokoh BEN CARTER BEN adalah seorang yang kritis dan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Apapun itu dia harus menemukan solusinya dibalik misteri yang ia akan ungkap. JULIE JULLIE adalah seorang gadis manja tapi dia mempunyai rasa yang sedikit pemberani. Jullie juga merupakan kekasihnya BEN. JIMMI JIMMI adalah seorang yang misterius dengan gayanya yang cool dan pendiam, itu membuat Jimmi menjadi misterius. Skenario 1. INT. MOBIL – MALAM Cast: Ben Carter dan Julie BEN sedang mencium JULIE dengan penuh gairah yang berada disampingnya. Tangan yang meraba-raba bagian dada JULIE dilengkapi Ciuman yang menempel dibibir dan lehernya. CU: Tangan BEN yang mengepal di tangan JULIE. Tangan BEN yang meraba-raba dan Ciuman BEN dan JULIE. MCU: BEN CARTER dan JULIE dari luar kaca jendela depan mobil. BEN CARTER: I Love You Julie.. Ciuman kamu luar biasa (tersenyum). JULIE: I Love You to Ben.. (mendesah) kamu juga luar biasa. Bagaimana kalau kita keluar sambil mencari udara segar. BEN CARTER Baiklah.. kemanapun kamu pergi aku akan selalu disampingmu (sambil tertawa kecil berama Julie). BEN dan JULIE keluar dari mobil. CUT TO 2. EXT. TAMAN, KURSI PANJANG – MALAM Cast: Ben Carter dan Julie BEN dan JULIE melanjutkan hubungan sexnya diatas kursi panjang di dekat danau vilbert. MCU: BEN dan JULIE yang sedang berciuman diatas kursi CU: tangan Ben yang meraba masuk kedalam Rok Julie CU: wajah Julie yang sedang menikmatinya. Tiba-tiba BEN mendengar ada suara dari arah danau. BEN CARTER: Julie apa kau mendengarnya?... JULIE: Mendengar apa sayang.. (tersenyum dan mencium Ben) BEN CARTER: Aku mendengar ada yang meminta tolong.. aku harus memeriksanya.. JULIE: Ben… (menghela nafas) BEN pun menuju danau itu. CUT TO 3. EXT. TEPI DANAU – MALAM Cast: Ben Carter dan Julie BEN sedang mengecek berdiri di tepi danau. BEN jongkok dan mencelupkan tangannya kedalam air. JULIE: Ben sudahlah tidak ada apa-apa disini, Cuma kita berdua.. BEN CARTER: Aku tidak tahu sayang, aku hanya mendengar ada suara yang meminta tolong. Apa kau tidak mendengarnya sayang? (Julie mengelengkan kepala) JULIE: Ayolah sayang ini waktu untuk kita.. (Julie mulai mengeluh). Hmm.. baiklah mungkin lebih baik kita kembali ke mobil. Aku tunggu kau dsana. BEN CARTER: Yaa.. mungkin kau benar.. mungkin aku salah dengar.. CU: Wajah Parker Sebelum BEN pergi, air danau itu mengeluarkan gelembung CU: gelembung air BEN CARTER: apa itu… BEN melihat apa yang terjadi gelembung yang berada di air. Dan untuk beberapa menit. Gelembung itu menghilang. BEN mendengar JULIE sudah mengklaksokan mobil memanggilku. CU: Wajah Parker BEN berpikir mungkin itu hanya gelembung biasa. Dan tiba-tiba muncul bayangan putih dari dalam air danau, dan mengejutkan BEN. BEN pun langsung tercebur kedanau. JULIE yang berada di mobil langsung berlari untuk menolng BEN. JULIE: Ben dimana kau? (dengan panic mencari Ben yang tercebur kedalam air) Hampir 5 menit BEN tak muncul. JULIE pun sudah menangis. Tiba-tiba BEN pun muncul dari air dengan wajah dan seluruh badannya berwarna hitam, seperti oil menempel di seluruh badannya. JULIE pun kaget, tapi JULIE langsung safar bahwa itu adalah BEN dan langsung menolongnnya. Dengan menangis JULIE pun memeluk BEN. CUT TO 4. INT. MOBIL – MALAM Cast: Ben Carter dan Julie BEN sedang membersihkan wajahnya dengan handuk. CU: wajah BEN yang sedang handukan BEN CARTER: Ada yang menarikku.. itu seperti tangan manusia.. dan mengapa air ini berubah warna menjadi hitam.. JULIE: Aku tak peduli apapun itu.. aku hanya peduli kamu.. aku tidak mau terjadi apa-apa sama kamu.. BEN memegang tangan JULIE untuk menenangkannya dan memberitahukan bahwa ia baik-baik saja. CU: tangan BEN yang memegang tangan JULIE JULIE: Lebih baik kita pergi dari sini ESTABLISH: mobil BEN CARTER meninggalkan Danau Vilbert. CUT TO 5. INT. MOBIL – SORE Cast: Ben Carter BEN tak sengaja berhenti di depan Danau Vilbert setelah ia melihat suasana sekitar danau yang ramai sekali dengan berbagai aktivitas orang disini. BEN heran dengan apa yang terjadi kemarin malam yang menimpanya. MCU: Ben Carter CU: Wajah Ben yang penasaran. BEN pun akhir keluar mobil untuk melihat disekitar danau. 6. EXT. TAMAN DEKAT DANAU – SORE Cast: Ben Carter BEN berjalan di taman memperhatikan disekitar taman dan danau. BEN sangat terkejut ketika melihat danau itu yang berwarna biru akibat pembiasan dari matahari. BEN CARTER: Apa air yang berwarna hitam kemarin malam akibat pembiasan bulan dan malam hari. Aku rasa warna hitam itu menempel dikulitku. BEN pun semakin penasaran dan menghampiri tepi danau dimana kemarin ia tercebur. CUT TO 7. EXT. TEPI DANAU – SORE Cast: Ben Carter dan Orang Misterius BEN sedang memperhatikan air yang berada di danau dan mengambil air tersebut. Terlihat benar-benar jernih air tersebut. CU: air yang diambil Ben Tiba-tiba datang orang misterius dengan penampilan rapih kemeja hitam dan blu jeans ORANG MISTERIUS: Ada yang aneh dengan air itu..?? BEN CARTER: Hmm.. tidak, aku hanya ingin cuci tangan.. ORANG MISTERIUS: Memang air terlihat aneh ketika berubah warna BEN kaget ketika orang itu berkata tentang perubahan warna air CU: wajah BEN yang terkejut BEN CARTER: Kau mengetahuinya juga..?? ORANG MISTERIUS: Mungkin danau ini marah.. BEN CARTER: Apa maksudmu? ORANG MISTERIUS: Danau ini marah ketika tempat yang salah digunakan… kau tahu maksudku kan.. danau ini sangat faforit sekali bagi masyarakat untuk beraktifitas dan bersantai.. tapi pada malam hari.. danau ini bagaikan tempat porstitusi.. hmm.. banyak pasangan yang berhubungan sex disini.. Sehingga siapa yang melakukannya, akan dibunuh dan mayatnya dibuang kedalam danau itu. BEN CARTER: Dibunuh..?? siapa yang membunuhnya?? Jangan bercanda kau.. ORANG MISTERIUS: Pemilik danau ini yang membunuhnya.. TOM VILBERT, mungkin arwahnya gentayangan… tapi itu hanya cerita dan mitos belaka… hahahahahahahaaaa BEN CARTER: Yah tuhan.. kau membuatku ketakutan.. aku piker sungguhan.. hahahaha aku terlalu menanggapinya dengan serius… hahahaaa.. baiklah siapa nama mu? ORANG MISTERIUS: Jimmi namaku Jimmi… BEN CARTER: Baik Jimmy terimakasih untuk ceritanya.. tapi aku harus pergi.. BEN pun pergi meninggalkan JIMMI. JIMMI pun hanya tersenyum sinis. CUT TO 8. INT. MOBIL BEN CARTER – MALAM Cast: Ben Carter dan Julie BEN dan JULIE kembali ke danau Vilbert. BEN yang niatnya datang sendiri akhirnya JULIE juga ikut. JULIE: Ini hari apa ben? BEN PARKER: Hari sabtu sayang kenapa? JULIE: Malam minggukan, bagus kalau begitu kita pergi dari sini dan kita nonton bioskop sayang. Aku pengen nonton film 5cm.. BEN PARKER: Baiklah sayang.. tapi setelah aku memeriksa air danau itu sebentar.. JULIE terlihat kecewa. Dan dari kejauhan terdengar suara teriakan dari arah danau. BEN PARKER: Kau tetap disini jangan kemana-mana… aku serius BEN langsung keluar mobil dan menuju danau itu. CUT TO 9. EXT. TEPI DANAU – MALAM Cast: Ben Carter, Jimmi dan Julie BEN berlari tergesa-gesa menuju tepi danau. BEN kaget ternyata disana ada Jimmi. BEN CARTER: Sedang apa kau disini Jim? (dengan terengah-engah) JIMMI: Kau tahu kenapa air ini berwarna hitam….. ini dikarenakan sudah banyak mayat yang berada dibawah sana.. mayat yang kotor dengan dosa-dosa yang mereka lakukan disini. sehingga warna air ini menjadi hitam, warna hitam yang penuh maksiat. BEN CARTER: Apa maksud mu Jim, bikankah kau bilang ini hanya mitos belaka… tidak mungkin Tom Vilbert yang sudah mati dapat membunuh orang yang masih hidup.. JIMMI: Kalau ini hanya mitos belaka buat apa kau datang kesini.. hehe tentunya kau orang yang percaya akan mitos-mitos.. hahahaaa Tiba-tiba JULIE datang. Dan membawa donpet ditangannya. BEN CARTER: Kenapa kau kemari Julie, bukankah sudah kubilang untuk tetap di mobil. JULLIE: Aku takut sendirian.. kau terlalu lama... JULLIE melihat kea rah JIMMI. JULLIE: Hei kau aku rasa dompet ini milikmu.. aku menemukannya dekat pohon ketika aku mau kesini.. Vilbert namamu Vilbertkan fotomu di KTP sama dengan wajahmu.. BEN CARTER: VILBERT…. (Ben kaget) kau….. JIMMI: Ya… aku anak dari TOM VILBERT namaku JIMMI VILBERT.. aku hanya menjalankan amanat dari ayahku untuk menjadikan danau ini indah dan bersih…. Hahahahahahahah BEN CARTER: JULLIIEEE LARIII…. JIMMI: KAU INGIN BERGABUNG DI DANAU INI CARTER…. HAHAHAHAHAHaa END CUT TO

LOVE, ICE CREAM AND YOU

Makan Ice Cream itu sama seperti jatuh cinta.. Kalo ice cream.. sekali digigit, dinginnya itu menyatu dengan manisnya coklat rasa kesukaanku dan meleleh ke seluruh celah mulutku, sampai masuk ketenggorokan. Itu rasanya ENAAKK BANGEEETT….. Sedangkan jatuh cinta, sekali ngerasain , rasanya itu campur aduk, degdegan, bahagia, dan tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Semuanya menjadi satu. Dan pengen teriak sekenceng-kencengnya .. dari gedung lantai paling atas.. rasanya SENEENGG BANGEET.. Seperti sekarang ini .. untuk menghilangkan bĂȘte menunggu teman-temanku yang tak kunjung datang, aku sedang memakan Ice Cream cone coklat kesukaanku duduk di kursi halaman kampus.. ada pepatah mengatakan, coklat itu bisa menghilangkan badmood, aku rasa itu ada benarnya.. yah.. paling tidak masih ada satu gigitan lagi.. “ok.. ini gigitan terakhir.. kalau mereka ngak datang juga, habis kesabaran gue..”, sambil memandang ice cream cone yang tinggal ujungnya saja dengan coklat yang sedikit menetes. Sambil menghela nafas, tanganku berusaha memasukan ice cream ke dalam mulutku yang sudah terbuka lebar. Tapi ternyataaa… - secara diam-diam Sella datang dari belakang mengejutkanku, dia langsung merebut ice cream yang dikit lagi masuk ke mulutku yang sudah menganga, dan dia langsung memakannya. Itu rasanya seperti nonton film DVD disaat puncaknya yang sebentar lagi selesai, tiba-tiba mati lampu. Itu bener-bener ngeseliiin bangeeettt.. ngak tau endingnya seperti apa.. hmmff… Dengan spontan aku langsung teriak, “SEELLLAAAAAAAA… lu tuh gangguin kenikmatan gue aja”. Aku hanya pasrah melihat sella tertawaaaa.. “iya Gilang sorry.. sorry..” katanya duduk disampingku dengan diselingi desak desik ketawa. Aku hanya menunjukan bibirku yang terlipat ke dalam dengan alis mata yang sedikit menurun. “iya.. maaf, ntar gue ganti es krimnya.. janji!!” kata Sella sambil mennjukan tangan kanannya yang mengepal dan mengacungkan kedua jarinya yaitu jari tengah dan telunjuk. Seperti biasa, aku termakan dengan senyuman rayunya. “inget lu punya utang 1 es krim ke gue.” Tegasku. Aku berfikir ya sudahlah, toh es krimnya sudah dimakannya, mana mungkin aku meyuruh mengeluarkannya lagi dari mulutnya. Sambil mengecup telunjuknya bekas sisa-sisa ice cream rampasan dariku, sella menanyakan kedatangan si Baldi yang belum datang. “dia telat, bannya bocor, tadi dia sms gue”, jelasku. “terus lu sendiri kenapa?? Kok telat??”, aku bertanya sambil mengerutkan alisku, seperti detective yang miskin akan jawaban. “hmm… tadi gue bĂȘte sama nyokap,, tau ngak.. masa gue mau dijodohin sama anaknya temen nyokap.. ich.. males bangettt…!!!!!!”. “Dijodohin…!!!!!”. Aku menutup mulutku menahan ketawa, sepertinya ingin meledakk, ada C4 yang menempel di sela-sela pipiku. “bhahahahahahaha… hahahahahahaaaa.. wkwkwkwkwkwkwkwwwkk..”. Bahak ketawaku yang tak tertahan lagi. Sella hanya pasrah melihatku tertawa. “gantian nih sekarang, puas banget ketawanya”. Aku tersenyum dalam hati. Wajar saja gadis berjilbab ini yang kainnya terkuncir ke samping kanan akan dijodohkan, orangtuanya terutama ayahnya sayang sekali kepada sella, tentunya ingin mencarikan jodoh yang tepat untuk anaknya. Ku akui Sella mempunyai wajah yang manis, yang asumsinya lebih baik daripada cantik. Dilengkapi pakaian hitam dengan cardigan coklat, dan jeans, sella terlihat modis, manis seperti Ice Cream yang ia rampas. “yaudah, mending kita langsung ke kelas aja, udah jam segini, nanti pulangnya aja kita kumpul.” Sahut Sella. Ya, arah yang berbeda yang memisahkan aku dan Sella. Aku sedang menunggu lift. Kelasku ada di lantai 7. Sebelum membuka bungkus Ice Cream Cone yang baru kubeli lagi, bungkusnya yang memutar kerucut, aku mencium bau coklatnya yang terasa dingin masuk ke lubang hidungku, entah kenapa tapi aku suka melakukannya. aku memasuki Lift yang pintunya sudah terbuka. Aku mendengar ada yang bilang ‘tunggu’ dari kejauhan. Dengan spontan aku kembali menekan tombol dengan 2 tanda segitiga pyramid yang ujung atasnya mengerah ke kiri dan kanan. Dengan mata yang hampir tidak bisa berkedip, orang itu adalah Princess, dan dia adalah Wanita yang ku taksir selama ini, dan dia satu lift dengan Ku. “makasih ya..”. kata Princess dengan sendu. Dari matanya di terlihat habis nangis dengan suara yang serak, itu tambah meyakinkanku dia sedang ada masalah dengan pacarnya, mungkin. Aku hanya tersenyum melebarkan mulutku menarik sendi-sendi pipiku. Pintu liftpun tertutup, apa yang harusss aku lakukan. Tapi jujur, suara bazooka tak terdengar lagi dijantungku, hanya suara iringan snar drum untuk parade. Mungkin karena aroma Cream yang tadi aku hirup penyebabnya. Oke sekarang aku hanya berdua dengan princes didalam lift. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Dengan perasaan yang sedikit gugup aku tersenyum tertawa kecil ketika memandangnya. Aku tidak tahu apa yang ia rasakan, tapi ia melakukan hal yang sama. Ketawa kecil kami mungkin merupakan langkah awal untuk aku menyapanya. “hmm.. kamu percaya ngak, ice Cream itu bisa mengobati orang yang sedang patah hati.” “kamu pikir aku sedang patah hati.” Sahut Princes, aku hanya menaikan kedua pundakku. Tiba-tiba hp Princes berdering. Aku yakin itu dari pacarnya, terdengar dari percakapannya aku hanya mengutip kata-kata Princess: “jangan pernah hubungin aku lagi, kita putus.” Dan ia langsung menutup teleponnya. Dia hanya tersenyum malu melihatku. “hmm.. Ice Cream selain obat patah hati, tapi juga bisa menemukan cinta sejati.” “massa??.”tanyanya. Aku langsung menyodorkan Ice Cream yang sudah sedikit terbuka bagian atasnya, tapi ku berusaha menempelkannya kembali, untungnya masih menempel. “buat aku?.” “buat kamu.” Senyumku. Princes membuka bungkus Ice Cream ujungnya yang sebenernya tadi sudah ku buka. Aku melihat dia menikmati dengan perlahan sedikit demi sedikit yang lama-lama rasa dinginnya mencapur dengan coklat dimulutnya. Hpnya kembali berdering, sepertinya dari pacarnya tapi dengan sigap ia langsung mematikannya. “gangguin aja. Kata Princes. Dia malu melihatku. “laper?.” Kataku. “hmm.. enak si.. hehee.” Senyumnya sambil mengelap Ice Cream yang menempel dibibirnya. “oh iya ntar gue ganti ya..” sahutnya. “hmm.. gimana kalo digantinya pake no pin bb kamu aja hehe.” Kataku sambil malu-malu. Princess tersenyum. Lalu ia menyebutkan no Pinnya kepadaku yang membuat aku tergesa-gesa mengeluarkan hpku untuk mencatatnya. Dan belum selesai princes meyebutkannya dia memberi tahuku bahwa kita sudah dilantai 7 dimana aku harus turun. Tapi dengan cepat aku menutupnya kembali menghiraukan suara ‘tunggu’ dari luar. “nanti aku bisa turun lagi kok.” Senyumku. Sampai akhirnya aku berhasil mendapatkan Pinnya dan samapi ditujuan akhirnya di lantai 8. Ketika ia keluar aku menanyakan bahwa kita belum kenalan, tapi Princes langsung mengenali namaku, itu membuatku SENANGGG BANGEET, aku loncat menari kegirangan sampai tidak sadar disebelahku ada dosenku Bu. Ilona, dengan umurnya yang sudah setengah abad dia hanya menggelengkan kepala. Tatapan yang kosong membuat pikiran ku menjadi ambigu. Tak perduli, aku hanya menikmati kesenanganku. Kesenangan yang ku harapkan dan manis seperti Ice Cream. Sepulang Kuliah, Aku bercerita kepada temanku seperti Dosen memberitahukan bahwa besok akan ada Ujian dadakan. Bercerita yang ingin kuceritakan. Cerita tentang Aladin dan Putri Jasmine. Dan aku sudah menemukan Putrinya, Princes. Teman-temanku menjadi pendengar yang baik, dari raut wajah Baldi, dia tidak percaya dan beberapa kali menepuk pundakku seperti aku kehilangan kesadaran. Aku tidak melihat raut wajah yang special dari Sella. Dia hanya menjadi pendengarku yang baik, hanya senyum yang ia berikan kepadaku. Selalu seperti itu. Setiap raut wajahnya memberikan arti yang berbeda, tubuhnya, matanya, alisnya yang bergerak naik turun. Meja kantin ini menjadi tempat aku berpidato, tak menghiraukan riuh rendah dan bising suara-suara yang berterbangan ditelingaku. “Mungkin ini karena harum Ice Cream yang ku hirup.” Kataku, penyebab semua hal gila ini bisa terjadi, perkenalanku dengan Princes. Handphoneku berdering disaat hujan turun. Sella kembali mengingatkanku akan hutangnya dan sudah menentukan hari dimana ia akan melunaskan segala kesalahanya kepadaku. Dengan canda ditemani guling dimana aku beristirahat sekadar melampiaskan letihku. Aku berbohong ketika aku bilang kepada Sella sudah tidak kuat dan ingin cepat bermimpi, malam memang sudah larut. Aku sesungguhnya menunggu panggilan dari Princes akan urusanku dengannya. Kenyamanan akan suaranya terdengar seperti aku dibisikan sesuatu yang menjanjikan. Apa ini yang dinamakan jatuh cinta, merasa sangat senang mendengarnya. Entah apa yang kupikirkan, tapi aku ingin dia menjadi milikku, Princes. Perjanjian yang pada akhirnya mengakhiri percakapan ini, aku tahu aku menjanjikan pada hari yang sama dengan Sella, tak tahu kenapa aku langsung bilang “ya” apapun yang dikatakan Princes. Siang menunjukan sisi gelapnya. Tidak berasa sudah malam. Segala canda tawa sudah kulampiaskan bersama Princes. Ini hari yang sudah ku tandatangani pada saat minggu lalu. Malam melengkapi Romantis bersama Ice Cream yang sedang kita makan. “kamu masih ingat, bahwa Ice Cream itu dapat kembali menemukan Cinta.” Kataku dengan ragu. Mungkin ini saatnya ingin kuungkapkan bahwa aku suka dia. “aku masih ingat, aku percaya dan…. Kamu benar Ice Cream itu dapat kembali menemukan Rasa cinta”. “hmm.. sekarang dimana Cinta Mu itu?.” Tanyaku malu-malu. “cintaku.. ada untuk seseorang,yang benar-benar peduli, dan mengerti apa yang aku rasakan, dia sekarang dekat dariku.” Aku semakin yakin apa yang ingin ku lakukan setelah mendengar ucap Princes. Suara ku sudah bulat, seperti senapan yang siap ditarik pelatuknya. “Princes aku su… su………….” Tiba-tiba handphone Princes berdering, Princess melambaikan tangannya kepada seseorang. Seseorang itu adalah orang yang tidak ingin aku ketahui, setelah Princes mengenalkannya kepadaku. Pacarnya. “Gilang.. terima kasih ya..kamu benar, Ice Cream itu bisa membuat Kembali merasakan manisnya cinta, dengan Ice Cream aku bisa menemukan kembali Cintaku kepada Billy.” “oh.. iya tadi kamu mau ngomong apa, su… su….??.”] “oh.. maksudnya.. su.. sudah aku bilang,kamu pasti akan menemukan cintamu kembali. Aku melihat Billy memberikan Princes Ice Cream dan mengucapkan terimakasih kepadaku. Dan mereka berdua pergi. Kali ini aku benar-benar jatuh dari gedung yang tinggi, dan hancur lebur. Itulah apa yang kurasakan. Cinta emang tak terduga, datang dan pergi, bahkan kita tidak tahu endingnya seperti apa. Kita hanya penikmat yang hanya bisa merasakan itu semua. Aku melihat jam, aku melupakan janji ku dengan Sella. Sesampainya disana, aku tidak melihat Sella, aku berjalan lemas menelusuri meja-meja seperti pagar menuntun ku ke meja terakhir. Disana terdapat Ice Cream yang sudah mencair, dia sudah pergi. Tidak ada jawaban ketika aku terus mencoba menghubunginya. Rintik hujan menyirami penyesalanku. Hari demi hari aku tidak mendapat kabar burung pun dari sella. Munkin dia membenciku. Munkin ini akhir dari sebuah Film Thrilogy yang menyedihkan. Ingin sekali langsung kumatikan televisinya. Adakah Film Mr. Bean. *** Aku menemani Ibuku ke suatu tempat untuk bertemu temannya. Aku pergi sebentar untuk beli Ice Cream sambil menunggu teman ibuku datang. Ice cream cone coklat kembali pilihanku. Setelah membeli ice cream aku melihat ternyata yang ditunggu-tunggu sudah datang. Aku diperkenalkan dengan teman ibuku, dan ternyata dia bersama Sella. Aku kaget ketika Sella menghampiri Meja kami. Seperti orang yang baru berkenalan ketika masa orientasi, aku merasa canggung. Ternyata aku yang dijodohkan dengan Sella. Aku memberikan Ice Cream ke kepada Sella. “sekarang aku yang berhutang Ice Cream,ini untuk Ice Cream yang telah cair, dan permintaan maafku.” Sambil menyodorkan tanganku kepada sella. Sella tidak menerimanya. “aku salah, ternyata cinta itu tidak semanis ice cream.” “kamu lupa akan satu hal, ice cream juga dapat membuat gigi kita sakit, seperti cinta, terkadang kita akan merasakan sakit hati.” Sella berkata kepadaku. “separah apapun sakit gigi kita karena ice cream, tetap ice cream itu manis, seperti cinta itu manis, ketika kita menikmatinya bersama, semuanya terasa manis.” Itulah LOVE, ICE CREAM AND YOU.