Siang itu kami bertiga, Rio, Faris dan saya sendiri Gilang, memustuskan untuk mengunjungi Museum Perumusan Naskah Proklamasi yang berada di Jl. Imam Bonjol No. 1 Jakarta Pusat. Ketika kami sampai di depan museum,kami melihat bahwa gedung ini adalah peninggalan jaman kolonial Belanda, terang saja, dari buku yang kami baca, gedung Museum Perumusan Naskah Proklamasi ini didirikan sekitar tahun 1920 dengan arsitektur Eropa (Art Deco). Kami memasuki gedung Museum Perumusan Naskah Proklamasi, kami melihat terdapat meja panjang dan beberapa kursi seperti diruang tamu. Disetiap sisinya terdapat beberapa ruangan, kami bingung untuk memulainya dari mana. Tidak lama kemudian datang seorang Ibu menghampiri kami, dia bernama Ibu Sri, selaku Humas digedung Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Dengan senang hati Bu Sri mengajak kami berkeliling gedung sambil bercerita apa saja yang terjadi digedung ini. Ibu Sri bercerita pada masa pendudukan jepang, gedung ini menjadi tempat kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda, kepala kantor Penghubung antara Angkatan laut dengan Angkatan Darat Jepang. Setelah kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, gedung ini tetap menjadi tempat kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda sampai sekutu mendarat di Indonesia, September 1945. Setelah kekalahan Jepang gedung ini menjadi Markas tentara Inggris. RUANG PERTAMA Ibu Sri mengajak kami keruangan pertama,yaitu Ruang Pra Perumusan Naskah Proklamasi. Ibu Sri bercerita, bahwa diruang ini Ruang ini merupakan tempat peristiwa bersejarah yang pertama dalam persiapan Perumusan Naskah Proklamasi. Ruangan tersebut adalah ruang tamu yang juga digunakan sebagai kantor oleh Maeda. Sepulang dari Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945, pukul 22.00 WIB, Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta. dan Mr. Ahmad Soebardjo diterima oleh Maeda di ruang ini. Pertemuan ini dihadiri oleh Nishijima (Asisten Maeda) dan Mijoshi (seorang diplomat karir kementerian Jepang). Setelah pembicaraan antara Tokoh Nasional dengan Maeda selesai, rombongan yang terdiri dari Soekarno, Hatta, Ahmad Soebardjo, Mijoshi dan Maeda berangkat menemui Gunseikan. Akan tetapi, rombongan hanya bertemu dengan Jenderal Nishimura. Dalam pertemuan itu sangat mengecewakan tokoh nasional karena Nishimura menyatakan bahwa telah terjadi perubahan keadaan, yaitu "kalau tadi pagi masih dapat dilangsungkan Proklamasi Indonesia, mulai pukul satu tadi siang sejak kami tentara Jepang di Jawa menerima perintah atasan, kami tidak lagi merubah status quo." Dengan demikian, saat ini tentara Jepang semata-mata hanya alat Sekutu dan harus menurut segala perintah Sekutu. RUANG KEDUA Ruang ini adalah ruang makan dan tempat mengadakan rapat. Dini hari menjelang pukul 03.00 WIB. Soekarno, Hatta dan Ahmad Soebardjo memasuki ruangan ini dan mengitari meja bundar, sedangkan Soediro (mbah), dan B.M. Diah mengikuti dan duduk di ruang agak belakang. Soekarno mulai mempersiapkan penanya dan menulis draft naskah Proklamasi, sedangkan Hatta dan Ahmad Soebardjo menyumbangkan pikirannya secara lisan. Rumusan teks proklamasi ini ditulis dalam kertas bergaris biru. Setelah teks diberi judul "Proklamasi" dialog pertama, yang dihasilkan dari kesepakatan bertiga tokoh nasional itu adalah. "Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia". Kemudian kalimat kedua ditambah oleh Hatta berupa pernyataan mengenai pengalihan kekuasaan. Dengan demikian teks proklamasi menjadi sebagai berikut: Proklamasi Kami Bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnya. Djakarta, 17-8-05 Wakil-wakil Bangsa Indonesia Ibu Sri Bilang sebelum konsep Naskah Proklamasi tersebut selesai, banyak sekali perbedaan pendapat dalam perumusan Naskah tersebut. Dengan beberapa coretan sebagai tanda pertukaran pendapat dalam merumuskannya. RUANG KETIGA Diruangan inilah yang pertama kali kami melihatnya ketika masuk di gedung ini. Diruangan ini Bu Sri bercerita Konsep Naskah Proklamasi diutarakan kepada hadirin di serambi muka (ruang pengesahan/ penandatanganan naskah proklamasi). Soekarno mulai membacakan rumusan pernyataan kemerdekaan yang telah dibuat itu secara perlahan-lahan dan berulang-ulang. Setelah itu beliau bertanya kepada hadirin, setuju. Kemudian diulang lagi pertanyaan oleh Soekarno, Benar-benar semua saudara setuju? Jawabannya adalah sama yaitu, "setuju". Ketika sampai saat untuk menandatangani timbul pertentangan pendapat dan suara gaduh. Menurut Teukoe Moehammad Hassan, ada tiga usulan yang diajukan dalam menandatangani naskah proklamasi: 1. Menandatangani semua 2. Membagi kelompok yang hadir dan tiap kelompok satu orang menandatangani 3. Hanya ketua dan wakil ketua saja yang menandatangani RUANG KEEMPAT Setelah mendapat persetujuan dari hadirin, Soekarno meminta agar Sayuti Melik mengetik Naskah Proklamasi. Sayuti Melik mengetik Naskah Proklamasi di ruang bawah tangga dekat dapur dengan ditemani oleh B.M. Diah. Setelah Naskah Proklamasi selesai diketik segera dibawa kembali ke tempat hadirin (ruang pengesahan/ penandatanganan naskah proklamasi) yang digunakan Maeda sebagai ruang rapat dan ruang tamu yang berjumlah besar. Di ruang ini Naskah Proklamasi ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta di atas sebuah piano yang terletak di bawah tangga atas nama Bangsa Indonesia. Peristiwa ini berlangsung menjelang waktu subuh, hari Jum'at tanggal 17 Agustus 1945 pada bulan Ramadhan. PEMUDA Setelah Bu Sri menjelaskan ruang-ruang penting dan bersejarah kami mampir keruang belakang, yang dulunya kata Bu Sri adalah dapur, tepatnya disamping ruangan Sayuti Melik mengetik naskah Proklamasi. Ibu Sri bercerita minimnya anak muda Indonesia yang ingin tahu tentang sejarah, dengan minimnya pengunjung yang datang ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Bu Sri Mengharapkan adanya kesadaran Pemuda-pemudi Indonesia akan hal dalam bersejarah. Ibu Sri menambahkan kebanyakan Pemuda dan Pemudi sekarang lebih suka pergi ke Mall daripada Ke Museum atau tempat-tempat bersejarah. Mudah-mudahan dengan niat baik kami untuk mensosialisasikan mengenai Museum Perumusan Naskah Proklamasi ini dapat memberikan efek positif untuk pemuda-pemudi agar mau berkunjung ke museum atau ketempat-tempat bersejarah seperti Museum Perumusan naskah Proklamasi ini. Setelah itu kami berkeliling untuk sekedar foto-foto, sangat disayangkan kami tidak dapat menaiki lantai 2, dikarenakan adanya renovasi gedung. disaat kami sedang mendokumentasikan, ada petugas dari kepolisian menghampiri kami, polisi itu juga merupakan pengunjung sambil berjaga-jaga mengamankan di Museum ini dikarenakan akan adanya Demo di Jakarta. Polisi itu bilang bahwa di halaman belakang terdapat bangker. kami dengan penasaran langsung menuju halaman belakang dan melihat bangker tersebut. Bangker itu terdapat dipinggir lapangan. kami meuruni tangga yang sudah disediakan, kurang lebih dengan kedalaman 1,5 meter. ketika kami sudah sampai didalam, bangker ini memiliki panjang kurang lebih 5 meter, dengan diujungnya terdapat lubang yang setelah kami chek seperti tempat perapian. tapi setelah kami menanyakan kembali kepada Bu Sri, dia bilang bahwa benar itu adalah tempat persembunyian, dan banyak pihak-pihak yang bilang nahwa bangker itu tembus Sampai taman Senopati, tapi Bu Sri dari pihak museum tidak dapat memastikan hal tersebut, karena bukan tanggung jawab Pihak Museum. Ini pengalaman kami ketika berkunjung ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Banyak Ilmu yang kami dapat, so.. buat kalian semua jangan ragu-ragu untuk berkunjung ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Tunggu kisah-kisah berikutnya dari tempat atau peninggalan bersejarah yang akan kami kupas tuntas. Demikian dari Tim Heritages Hunter (Gilang, Rio, Fariz). Cinta Indonesia, Cinta Sejarahnya.
Rabu, 05 Desember 2012
MENGENAL LEBIH DEKAT DENGAN MUSEUM PERUMUSAN NASKAH PROKLAMASI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)















Tidak ada komentar:
Posting Komentar