Jumat, 31 Agustus 2012

gadis mawar merah

Aku benci ayahku. Dia sudah myakitiku dan ibuku. Dia meninggalkanku disaat umurku sudah 9 tahun. Dia lebih memilih wanita lain dibanding wanita yang pernah ia cintai. Menurutnya dia akan lebih mendapatkan kebahagiaan harta dan kepuasan seks ketika bersama wanita jalang itu.ku panggil dia Gloria. Kami memang miskin, tapi kami bertiga selalu merasa kecukpan dan bahagia , sampai pelacur itu dating dan menghancurkan semuanya. Burung itu berkicau dengan suara nyaring, dan memberi tahuku bahwa sekarang sudah jam 7 pagi. Berat rasanya membuka mata. aku sudah berumur 22tahun sekarang. Tahun demi tahun kehidupan kami membaik. Kopi hangat ini melengkapi pagi yang dingin ini sambil berjalan berangkat kerja. Ruteku adalah melewati taman kota, ditengah jalan aku melihat lagi gadis kecil memakai gaun merah dengan sebatang tangkai mawar ditangannya. Rambut panjangnya terhempas angin seperti rumput yang sedang menari. Tak heran dia berjalan seperti melayang, menari balet. Dengan senyumnya yang tipis secara spontan senyumku membalas. Dia melewatiku yang selalu ditemani hembusan angin. Entah kenapa ada sesuatu yang berbeda yang dimana aku selalu memperhatikannya. Ini kedua kalinya. Apakah ini akan terjadi lagi dengan hal yang kemarin. Disaat aku pulang kerja dan kembali melewati taman kota. Aku kembali melihat gadis kecil gaun merah itu. Dengan sedikit perbedaan. Tidak membawa setangkai mawar. Kakinya kotor dengan tanah merah bersama sandal jepitnya yang berwarna merah. Dan dia tidak menari lagi, tidak seperti melayang. Tapi gadis itu tetap tersenyum. Ini kedua kalinya. Aku memutuskan akan mengikuti gadis itu kemana ia pergi, setelah apa yang aku lihat kemarin. Ku buntuti gadis itu dari belakang sampai tiba di suatu makam. Aku melihat dari balik pohon. Gadis itu berdiri tegak didepan makam yang penuh dengan mawar. Gadis itupun menaruh mawar yang ia bawa dimakam tersebut. Aku menghampirinya, dengan sepatuku yang kotor karena tanah merah ini yang dicapur dengan air akibat hujan. Aku bertanya “apa yang sedang kamu lakukan disini gadis kecil?”. “kasihan” gadis kecil itu sambil tersenyum, “kasihan dia ayahku, tak seorangpun memperhatikanya” tiba-tiba airmata pun keluar membasahi pipinya yang merah. “memang ibumu kemana?” tanyaku kembali. “ibuku sudah senang bersama laki-laki lain.”. “siapa namamu ?” tanyaku dengan senyum. Aku pun merapihkan makam, batu nisan yang tertutup oleh tumpukan mawar. Setelah aku melihat nama itu. Aku tersentak kaget dan tak percaya. Dan tiba-tiba gadis itu menjawab. “namaku Gloria Anabella”. Takbisa berkata apa-apa, akupun menangis. “kau adalah ayah dan adiku”. 31 august

Selasa, 28 Agustus 2012

CATATAN

berusaha untuk ku gores apakah tintanya menempel ?? ya.. hampir terhapus garis hitam itu masih ada coretan itu menggangguku itu tak bisa ku hapus tak perlu ku hapus paragraf pertama sampai terakhir ku "tebalkan" jangan lupa membuat kesimpulan 12 dec 2011