Rabu, 05 Desember 2012

MENGENAL LEBIH DEKAT DENGAN MUSEUM PERUMUSAN NASKAH PROKLAMASI

Siang itu kami bertiga, Rio, Faris dan saya sendiri Gilang, memustuskan untuk mengunjungi Museum Perumusan Naskah Proklamasi yang berada di Jl. Imam Bonjol No. 1 Jakarta Pusat. Ketika kami sampai di depan museum,kami melihat bahwa gedung ini adalah peninggalan jaman kolonial Belanda, terang saja, dari buku yang kami baca, gedung Museum Perumusan Naskah Proklamasi ini didirikan sekitar tahun 1920 dengan arsitektur Eropa (Art Deco)
.
Kami memasuki gedung Museum Perumusan Naskah Proklamasi, kami melihat terdapat meja panjang dan beberapa kursi seperti diruang tamu. Disetiap sisinya terdapat beberapa ruangan, kami bingung untuk memulainya dari mana. Tidak lama kemudian datang seorang Ibu menghampiri kami, dia bernama Ibu Sri, selaku Humas digedung Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Dengan senang hati Bu Sri mengajak kami berkeliling gedung sambil bercerita apa saja yang terjadi digedung ini.
Ibu Sri bercerita pada masa pendudukan jepang, gedung ini menjadi tempat kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda, kepala kantor Penghubung antara Angkatan laut dengan Angkatan Darat Jepang. Setelah kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, gedung ini tetap menjadi tempat kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda sampai sekutu mendarat di Indonesia, September 1945. Setelah kekalahan Jepang gedung ini menjadi Markas tentara Inggris.
RUANG PERTAMA Ibu Sri mengajak kami keruangan pertama,yaitu Ruang Pra Perumusan Naskah Proklamasi. Ibu Sri bercerita, bahwa diruang ini Ruang ini merupakan tempat peristiwa bersejarah yang pertama dalam persiapan Perumusan Naskah Proklamasi. Ruangan tersebut adalah ruang tamu yang juga digunakan sebagai kantor oleh Maeda.
Sepulang dari Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945, pukul 22.00 WIB, Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta. dan Mr. Ahmad Soebardjo diterima oleh Maeda di ruang ini. Pertemuan ini dihadiri oleh Nishijima (Asisten Maeda) dan Mijoshi (seorang diplomat karir kementerian Jepang). Setelah pembicaraan antara Tokoh Nasional dengan Maeda selesai, rombongan yang terdiri dari Soekarno, Hatta, Ahmad Soebardjo, Mijoshi dan Maeda berangkat menemui Gunseikan. Akan tetapi, rombongan hanya bertemu dengan Jenderal Nishimura. Dalam pertemuan itu sangat mengecewakan tokoh nasional karena Nishimura menyatakan bahwa telah terjadi perubahan keadaan, yaitu "kalau tadi pagi masih dapat dilangsungkan Proklamasi Indonesia, mulai pukul satu tadi siang sejak kami tentara Jepang di Jawa menerima perintah atasan, kami tidak lagi merubah status quo." Dengan demikian, saat ini tentara Jepang semata-mata hanya alat Sekutu dan harus menurut segala perintah Sekutu. RUANG KEDUA Ruang ini adalah ruang makan dan tempat mengadakan rapat. Dini hari menjelang pukul 03.00 WIB. Soekarno, Hatta dan Ahmad Soebardjo memasuki ruangan ini dan mengitari meja bundar, sedangkan Soediro (mbah), dan B.M. Diah mengikuti dan duduk di ruang agak belakang.
Soekarno mulai mempersiapkan penanya dan menulis draft naskah Proklamasi, sedangkan Hatta dan Ahmad Soebardjo menyumbangkan pikirannya secara lisan. Rumusan teks proklamasi ini ditulis dalam kertas bergaris biru. Setelah teks diberi judul "Proklamasi" dialog pertama, yang dihasilkan dari kesepakatan bertiga tokoh nasional itu adalah. "Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia". Kemudian kalimat kedua ditambah oleh Hatta berupa pernyataan mengenai pengalihan kekuasaan. Dengan demikian teks proklamasi menjadi sebagai berikut: Proklamasi Kami Bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnya. Djakarta, 17-8-05 Wakil-wakil Bangsa Indonesia Ibu Sri Bilang sebelum konsep Naskah Proklamasi tersebut selesai, banyak sekali perbedaan pendapat dalam perumusan Naskah tersebut. Dengan beberapa coretan sebagai tanda pertukaran pendapat dalam merumuskannya.
RUANG KETIGA Diruangan inilah yang pertama kali kami melihatnya ketika masuk di gedung ini. Diruangan ini Bu Sri bercerita Konsep Naskah Proklamasi diutarakan kepada hadirin di serambi muka (ruang pengesahan/ penandatanganan naskah proklamasi). Soekarno mulai membacakan rumusan pernyataan kemerdekaan yang telah dibuat itu secara perlahan-lahan dan berulang-ulang. Setelah itu beliau bertanya kepada hadirin, setuju. Kemudian diulang lagi pertanyaan oleh Soekarno, Benar-benar semua saudara setuju? Jawabannya adalah sama yaitu, "setuju".
Ketika sampai saat untuk menandatangani timbul pertentangan pendapat dan suara gaduh. Menurut Teukoe Moehammad Hassan, ada tiga usulan yang diajukan dalam menandatangani naskah proklamasi: 1. Menandatangani semua 2. Membagi kelompok yang hadir dan tiap kelompok satu orang menandatangani 3. Hanya ketua dan wakil ketua saja yang menandatangani RUANG KEEMPAT Setelah mendapat persetujuan dari hadirin, Soekarno meminta agar Sayuti Melik mengetik Naskah Proklamasi. Sayuti Melik mengetik Naskah Proklamasi di ruang bawah tangga dekat dapur dengan ditemani oleh B.M. Diah.
Setelah Naskah Proklamasi selesai diketik segera dibawa kembali ke tempat hadirin (ruang pengesahan/ penandatanganan naskah proklamasi) yang digunakan Maeda sebagai ruang rapat dan ruang tamu yang berjumlah besar. Di ruang ini Naskah Proklamasi ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta di atas sebuah piano yang terletak di bawah tangga atas nama Bangsa Indonesia. Peristiwa ini berlangsung menjelang waktu subuh, hari Jum'at tanggal 17 Agustus 1945 pada bulan Ramadhan.
PEMUDA Setelah Bu Sri menjelaskan ruang-ruang penting dan bersejarah kami mampir keruang belakang, yang dulunya kata Bu Sri adalah dapur, tepatnya disamping ruangan Sayuti Melik mengetik naskah Proklamasi. Ibu Sri bercerita minimnya anak muda Indonesia yang ingin tahu tentang sejarah, dengan minimnya pengunjung yang datang ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Bu Sri Mengharapkan adanya kesadaran Pemuda-pemudi Indonesia akan hal dalam bersejarah. Ibu Sri menambahkan kebanyakan Pemuda dan Pemudi sekarang lebih suka pergi ke Mall daripada Ke Museum atau tempat-tempat bersejarah. Mudah-mudahan dengan niat baik kami untuk mensosialisasikan mengenai Museum Perumusan Naskah Proklamasi ini dapat memberikan efek positif untuk pemuda-pemudi agar mau berkunjung ke museum atau ketempat-tempat bersejarah seperti Museum Perumusan naskah Proklamasi ini. Setelah itu kami berkeliling untuk sekedar foto-foto, sangat disayangkan kami tidak dapat menaiki lantai 2, dikarenakan adanya renovasi gedung. disaat kami sedang mendokumentasikan, ada petugas dari kepolisian menghampiri kami, polisi itu juga merupakan pengunjung sambil berjaga-jaga mengamankan di Museum ini dikarenakan akan adanya Demo di Jakarta. Polisi itu bilang bahwa di halaman belakang terdapat bangker. kami dengan penasaran langsung menuju halaman belakang dan melihat bangker tersebut.
Bangker itu terdapat dipinggir lapangan. kami meuruni tangga yang sudah disediakan, kurang lebih dengan kedalaman 1,5 meter. ketika kami sudah sampai didalam, bangker ini memiliki panjang kurang lebih 5 meter, dengan diujungnya terdapat lubang yang setelah kami chek seperti tempat perapian. tapi setelah kami menanyakan kembali kepada Bu Sri, dia bilang bahwa benar itu adalah tempat persembunyian, dan banyak pihak-pihak yang bilang nahwa bangker itu tembus Sampai taman Senopati, tapi Bu Sri dari pihak museum tidak dapat memastikan hal tersebut, karena bukan tanggung jawab Pihak Museum.
Ini pengalaman kami ketika berkunjung ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Banyak Ilmu yang kami dapat, so.. buat kalian semua jangan ragu-ragu untuk berkunjung ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Tunggu kisah-kisah berikutnya dari tempat atau peninggalan bersejarah yang akan kami kupas tuntas. Demikian dari Tim Heritages Hunter (Gilang, Rio, Fariz). Cinta Indonesia, Cinta Sejarahnya.

Kamis, 25 Oktober 2012

Prince Close Up

Disuatu pedesaan, perwakilan kerajaan mengumumkan bahwa Raja membutuhkan seorang pangeran untuk Putrinya dan memimpin kerajaan di masa depan. Audisipun dilakukan di Istana kerajaan. Dengan tersenyum, Seorang Pria Misterius sangat tertarik untuk mengikuti audisi tersebut. Di Istana, audisi mencari pangeranpun dimulai. Dari semua kalangan datang untuk mengikuti audisi ini. Disana terdapat Raja, Ratu dan Putri kerajaan yang menjadi jurinya. Saudagar kaya yang membawa sekarung perhiasan. Raja mesir yang membawa tumpukan koin emas. Pangeran India dengan berliannya, Bajak laut dll. Tapi itu semua tak dapat menggetarkan hati sang Putri. Datang pria misterius berjubah coklat. Dengan membawa sesuatu yang ditutupi kain hitam di atas nampan, langkah demi langkah, setiap hembusan nafasnya membuat dayang-dayang disekitarnya melting. Didepan Putri, pria misterius itu membuka tudung kepalanya dan tersenyum kepada putri. Giginya yang bersinar membuat putri takjub. Pria Misterius itu menyapanya “hai”. Hembusan nafasnya sampai ke Putri kerajaan, membuatnya Melting dan membuat dayang-dayang pingsan. Pria misterius itu membuka hadiah yang ia bawa dari nampan, ternyata sebuah pasta gigi CLOSE UP. Tanpa ragu putri kerajaan memilih pria misterius itu untuk menjadi pangerannya.

Jumat, 31 Agustus 2012

gadis mawar merah

Aku benci ayahku. Dia sudah myakitiku dan ibuku. Dia meninggalkanku disaat umurku sudah 9 tahun. Dia lebih memilih wanita lain dibanding wanita yang pernah ia cintai. Menurutnya dia akan lebih mendapatkan kebahagiaan harta dan kepuasan seks ketika bersama wanita jalang itu.ku panggil dia Gloria. Kami memang miskin, tapi kami bertiga selalu merasa kecukpan dan bahagia , sampai pelacur itu dating dan menghancurkan semuanya. Burung itu berkicau dengan suara nyaring, dan memberi tahuku bahwa sekarang sudah jam 7 pagi. Berat rasanya membuka mata. aku sudah berumur 22tahun sekarang. Tahun demi tahun kehidupan kami membaik. Kopi hangat ini melengkapi pagi yang dingin ini sambil berjalan berangkat kerja. Ruteku adalah melewati taman kota, ditengah jalan aku melihat lagi gadis kecil memakai gaun merah dengan sebatang tangkai mawar ditangannya. Rambut panjangnya terhempas angin seperti rumput yang sedang menari. Tak heran dia berjalan seperti melayang, menari balet. Dengan senyumnya yang tipis secara spontan senyumku membalas. Dia melewatiku yang selalu ditemani hembusan angin. Entah kenapa ada sesuatu yang berbeda yang dimana aku selalu memperhatikannya. Ini kedua kalinya. Apakah ini akan terjadi lagi dengan hal yang kemarin. Disaat aku pulang kerja dan kembali melewati taman kota. Aku kembali melihat gadis kecil gaun merah itu. Dengan sedikit perbedaan. Tidak membawa setangkai mawar. Kakinya kotor dengan tanah merah bersama sandal jepitnya yang berwarna merah. Dan dia tidak menari lagi, tidak seperti melayang. Tapi gadis itu tetap tersenyum. Ini kedua kalinya. Aku memutuskan akan mengikuti gadis itu kemana ia pergi, setelah apa yang aku lihat kemarin. Ku buntuti gadis itu dari belakang sampai tiba di suatu makam. Aku melihat dari balik pohon. Gadis itu berdiri tegak didepan makam yang penuh dengan mawar. Gadis itupun menaruh mawar yang ia bawa dimakam tersebut. Aku menghampirinya, dengan sepatuku yang kotor karena tanah merah ini yang dicapur dengan air akibat hujan. Aku bertanya “apa yang sedang kamu lakukan disini gadis kecil?”. “kasihan” gadis kecil itu sambil tersenyum, “kasihan dia ayahku, tak seorangpun memperhatikanya” tiba-tiba airmata pun keluar membasahi pipinya yang merah. “memang ibumu kemana?” tanyaku kembali. “ibuku sudah senang bersama laki-laki lain.”. “siapa namamu ?” tanyaku dengan senyum. Aku pun merapihkan makam, batu nisan yang tertutup oleh tumpukan mawar. Setelah aku melihat nama itu. Aku tersentak kaget dan tak percaya. Dan tiba-tiba gadis itu menjawab. “namaku Gloria Anabella”. Takbisa berkata apa-apa, akupun menangis. “kau adalah ayah dan adiku”. 31 august

Selasa, 28 Agustus 2012

CATATAN

berusaha untuk ku gores apakah tintanya menempel ?? ya.. hampir terhapus garis hitam itu masih ada coretan itu menggangguku itu tak bisa ku hapus tak perlu ku hapus paragraf pertama sampai terakhir ku "tebalkan" jangan lupa membuat kesimpulan 12 dec 2011